Latest Article Get our latest posts by subscribing this site

Manusia dan Alam

Dalam sebuah perbincangan dengan seorang pemilik kebun kelapa sawit , terungkap bahwa dia (dan mungkin kebanyakan warga yang mencari nafkah dengan berkebun sawit atau sekadar menjadi pegawai upahan di kebun sawit) tidak terlalu peduli jika dengan berkebun sawit habitat hewan menjadi terganggu.

"Buat apa kita pelihara alam jika kita sebagai manusia kelaparan?" begitu ujarnya.


Tentu saja pendapat ini dengan mudah disanggah. Alam merupakan bagian integral dari seluruh komponen ekosistem. Jika salah satu hilang, maka keseimbangan ekosistem bakal terganggu.


Satu contoh lagi adalah persoalan konservasi cagar budaya. Sebutlah, misalnya, apa yang dilakukan warga sekitar Trowulan yang mengambil bata dan bahan baku bata dari dinding bekas peninggalan kerajaan Majapahit. Mereka tidak peduli pada konservasi situs itu karena tidak ada manfaatnya bagi mereka.


Dua contoh tadi rasanya patut direnungkan. Dalam impitan kondisi ekonomi saat ini, ketika kebanyakan warga miskin dan marginal kesulitan mencari makan, sejauh mana konservasi alam mesti dilakukan, tanpa mengakibatkan hilangnya sumber-sumber penghasilan bagi masyarakat sendiri? Bukankah sumber daya alam sendiri diciptakan untuk hajat hidup orang banyak?
Sumber daya alam memang diciptakan untuk kebutuhan hidup sang pemimpin alam itu sendiri, yakni umat manusia..
Dan bila saja, kita, manusia, tidak berbuat serakah, maka tentunya keseimbangan alam lebih mudah untuk dicapai.
Karena menurut saya, kerusakan alam tersebut akibat dari keserakahan manusia yang notabene hanya kalangan tertentu saja yang mempunyai kemampuan untuk berbuat serakah terhadap alam semesta ini, yang menjadi satu diantara penyebab adanya istilah "Yang kaya bertambah kaya dan yang marginal semakin terpinggirkan" atau istilah2 serupa..

Maunya, kita yang peduli memiliki kekuatan imbang dengan yang seolah hampir ngga perduli, namun demikian pula adanya, Mega "GIANT" Corporation dan lain semacamnya, merekalah yang mampu melubangi bumi ini, untuk mengeruk keuntungan darinya.


Seperti kesimpulan dari beberapa artikel di majalah NGI atau artikel lainnya, saya juga menyetujui kesimpulan yang berpenghujung pada sebuah kalimat tanya, "apakah mungkin manusia tinggal menunggu "kiamat" saja atas pengrusakan alam yang terus-menerus dibuatnya".
mungkin solusi yang bisa ditempuh seperti yang saya baca di NGI NOv 08 - Hutan yang coba bertahan, dari ucapan Frances Seymour "Mari kita luruskan duduk perkaranya, mengapa orang menebang pohon?Demi uang. Jika Anda dapat memberi masyarakat kesempatan memperoleh uang dalam jumlah yang sama atau lebih banyak dengan membiarkan pohon itu berdiri, itulah jawaban Anda cari."

Test Footer 2

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Dekapala - Morester - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger